1. Jose Mourinho
Ia menciptakan dua kubu, yang mencintai dan yang membencinya terlepas
dari talenta hebatnya sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia.
Kebiasaanya untuk melindungi para pemainnya dengan menyalahkan pihak
lain seperti ofisial pertandingan, manajer dan pemain lawan menjadikan
dia sosok yang mudah mendapatkan dukungan namun juga mudah dihujani
makian.
Seperti Batman dan The Joker, manajer Real Madrid ini benar-benar rival yang sepadan untuk mantan manajer Barcelona, Josep Guardiola.
2. Joey Barton
Barton dihukum larangan tanding 12 laga setelah menyikut Carlos Tevez, menendang Sergio Aguero dan menanduk Vincent Kompanyhanya dalam hitungan menit saja.
Tidak hanya itu, sifat buruknya di masa lalu juga masih terekam dalam
ingatan setiap orang termasuk menyundut mata rekan satu tim-nya dengan
cerutu, menyerang mantan pemain City, Ousmane Dabo saat latihan dan dipenjara dua bulan karena memukuli orang di luar bar.
3. John Terry
Ban kapten di lengan bukan berarti pemain tersebut mampu mengontrol emosinya dengan baik. John Terry salah satunya.
Kapten Chelsea ini diusir wasit saat semifinal Liga
Champions karena menghajar lawannya dengan lutut. Ia juga seringkali
terlibat adu mulut dengan wasit. Saat ini, ia harus berurusan dengan
pengadilan karena dituduh rasis terhadap Anton Ferdinand.
Terry juga terlibat skandal selingkuh dengan istri mantan rekan satu tim-nya, Wayne Bridge.
4. Arsene Wenger
Ada banyak pertanyaan mengapa Arsene Wenger yang sangat loyal terhadap Arsenal juga termasuk orang yang dibenci dalam dunia sepakbola.
Apakah karena terlalu sering memprotes ofisial lapangan?
Apakah karena dia terlalu membela pemainnya walaupun salah dan menyerang balik siapapun yang ingin menjelek-jelekkan The Gunners?
Apakah karena setiap kali Arsenal kalah ia selalu mencari kambing hitam?
Ataukah karena jas yang selalu ia pakai saat berada di lapangan?
5. El-Hadji Diouf
Adalah mudah untuk menunjuk El-Hadji Diouf sebagai antagonis-nya sepakbola.
Satu alasan, ia pernah membuat kontroversi dengan meludahi suporter
Celtic ketika masih bermain di Liverpool. Selebihnya, ia tidak disukai
suporter lawan karena sikap kasar dan liarnya.
Akibat tidak disukai banyak orang, ia selalu menjadi anak nakal di
dalam tim. Sekarang ia akan punya banyak waktu untuk introspeksi diri
setelah dilepas oleh Doncaster Rovers.
6. Roy Keane
Dulu Roy Keane dikenal sebagai gelandang
bertemperamen keras di Manchester United. Sekarang, ia telah pensiun
dari tengah lapangan dan bermain di sisi luar, sebagai seorang manajer.
Namun itu bukan berarti sikap kerasnya hilang.
Ia dikritik banyak orang atas komentarnya pada sebuah stasiun TV
Inggris yang menyerang mentalitas pemain dan suporter Irlandia,
negaranya sendiri.
Tidak diragukan lagi, Keane adalah pemain luar biasa. Namun saat
menjadi komentator, pilihan bahasanya seringkali membuat orang salah
memahami dirinya.
7. Paolo di Canio
Lagi-lagi bahasan kita adalah para manajer dan kali ini adalah Paolo di Canio.
Ketika ia tidak bosan-bosannya mengingatkan kita bahwa permainannya
dulu lebih baik daripada pemain-pemain sekarang, di Canio adalah manajer
yang seringkali meremehkan dan berani menantang sebuah badan liga
sepakbola beserta jajaran staf-nya. Akibatnya, sanksi-sanksi melayang
untuknya.
Bahkan ia tidak peduli dengan banding atas hukumannya karena ego-nya
yang luar biasa besar. Saat kembali dilarang mendampingi tim untuk
ketiga kalinya di musim kemarin, ia mengatakan, “Mereka bisa mengusir
saya setiap minggu kalau mereka mau, saya tidak peduli, kami pasti akan
menjadi juara.”
8. Michel Platini
Mantan pemain yang kini menjadi orang tertinggi di UEFA itu selalu penuh dengan ide untuk menjadi lebih baik.
Lalu, mengapa membenci Platini? Hal itu tidak lepas dari kemunafikan UEFA sendiri.
UEFA yang mendukung program “Say No to Racism” menjatuhkan sanksi kepada striker Denmark, Nicklas Bendter dengan denda 100.000 euro karena memamerkan celana dalamnya yang menjadi “promosi terselubung” sebuah bandar judi di Irlandia, Paddy Power.
Lucunya, denda yang diberikan kepada Bendtner itu amat-sangat-lebih
tinggi daripada denda sebuah negara yang suporternya melakukan rasisme
dan kekerasan.
Aneh? Tidak ada yang aneh ketika menyangkut uang dan prioritas.
9. Carlos Tevez
Enam tahun di tanah Inggris dan Carlos Tevez masih saja kesulitan bahasa Inggris. Mungkin karena enggan belajar.
Dan karena kemalasannya ini ia terlibat konflik dengan Roberto
Mancini, sang manajer. Tevez salah memahami instruksi dari manajernya
yang akan memainkannya sebagai pemain pengganti dan menolak untuk
melakukan pemanasan dalam sebuah laga di Liga Champions.
Walaupun akhirnya dimainkan lagi oleh Mancini serta membantu merebut
juara Premier League tidak lantas membuat orang lupa Carlos Tevez yang
keras kepala.
10. Alex Ferguson
Dengan segala arogansi dan watak keras seorang Jose Mourinho serta
Arsene Wenger yang selalu melihat segalanya dari pandangannya sendiri,
ditambah lagi manipulasi berita yang sudah menjadi tradisi media,Alex Ferguson adalah figur manajer yang mungkin saja paling dibenci dalam sepakbola Inggris.
Bukan karena rasa kepeduliannya yang rendah, tetapi juga karena ia
merebut lebih banyak piala dalam karirnya daripada gabungan antara
Mourinho dan Wenger.
Ia masih menjadi akar dari Manchester United. Ia menjadi saksi
perginya Jose Mourinho dari Inggris dan kemungkinan besar akan tetap
duduk di bangku pelatih ketika Arsene Wenger tidak lagi berada di
Emirates.
Ferguson adalah satu diantara manajer terbaik sepanjang masa. Pun,
dia juga salah satu di antara pesepakbola yang berwatak keras. (bola/bola)
sumber:gilet22.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar