5. Ruhut Sitompul
Gaya bicaranya ceplas-ceplos. Sangat khas, berkarakter dan sangat jelas.
Tanpa kiasan dan langsung pada sasaran. Ruhut telah memberi ruang yang
besar bagi para pengacara untuk tampil. Umumnya di negara-negara maju,
bekas pengacaralah yang menjadi presiden. Bisa juga menjadi anggota
senat yang disegani dan memiliki akses tanpa batas ke semua lini
pemerintahan. Rupa-rupanya hal ini pun dimiliki oleh Ruhut. Tetapi
sepak terjang Ruhut tertutup oleh masalah pribadinya. Padahal posisi
Ruhut dalam percaturan politik Indonesia sangat jelas. Yaitu kelompok afirmatif
(pemerintah). Mudah-mudahan Ruhut sempat menurunkan ilmu politiknya
pada kader-kader poltikus muda. Musuh alami Ruhut adalah orang yang
sangat pintar, atau jenius. Sebut saja Prof. Sahetapy atau Hotman Paris.
4. Aburizal Bakrie
Beliau adalah pengecualian. Determinasi, visi dan langkah politiknya
sangat cantik. Aburizal adalah kombinasi pengusaha dan politikus yang
handal. Wajar bila beliau menjadi Ketua Partai Golkar, mengalahkan
politikus tingkat dewa lainnya. Pengalaman
beliau dalam dunia bisnis rupanya diterapkan dalam politik. Beliau
bukan orang sembarangan. Di masa muda, sudah menduduki ketua KADIN.
Kalau bukan counter attack dari media sekelas
TEMPO dan akademisi. Beliau pasti sudah menjadi presiden. Ganjalan
terbesar Ical -panggilan akrabnya- adalah Lumpur Lapindo. Bagaimana
beliau bisa mengemas kelemahan terbesarnya menjadi kekuatan?
Keberhasilan mengatasi masalah Lapindo akan membuktikan kepiawaian
strategi politiknya.
3. Sutan Bhatoegana
Beliau adalah salah satu politikus favorit saya. Orangnya lucu, dan
memiliki kemampuan negosiasi di ruang tertutup yang sangat dahsyat.
Jarang sekali orang seperti beliau masuk dunia politik. Biasanya terjun
berbisnis dan melakukan negosiasi dagang dengan pihak luar. Bila
dibandingkan, kemampuan beliau sama seperti almarhum Ali Alatas dalam
menjalankan seni negosiasi dan persuasi introvernya. Salah satu
kelemahan beliau adalah identitas kesukuannya yang abu-abu. Apalagi
bila dikaitkan dengan ambisi beliau menjadi gubernur. Tetapi yang
menarik, masalah yang beliau hadapi adalah masalah Indonesia 20-30 tahun
yang akan datang. Jadi, menarik melihat bagaimana beliau menghadapi
pemilukada. Karena apa pun hasilnya, langkah beliau akan menjadi contoh
generasi yang akan datang. Terutama dalam solusi politik chauvinistik.
2. Muhammad Nazaruddin
Bukan hanya licin dan berbahaya, tetapi juga berani dan sulit ditebak.
Kombinasi yang sangat jarang ditemui apalagi bila menyangkut jabatan
politik sekelas (eks) Bendahara partai. Nazaruddin dengan jenius
memainkan hukum dan akuntansi serta mencari celah dalam sistem anggaran
Indonesia. Bila kemampuannya dipakai untuk kemaslahatan masyarakat, saya
yakin kecepatan pembangunan Indonesia akan meningkat.
Nazaruddin mengetahui ego dan sifat lamban birokrat Indonesia. Jadi dia
memanipulasi untuk kepentingannya. Usianya yang muda membuktikan betapa
hebatnya orang ini. Memang, kemampuan berdebat dan membangun
logikanya tidak mumpuni. Tetapi kemampuan lobi dan negosiasinya adalah
yang paling baik. Setara dengan Oey Tiong Ham. Juragan gula legendaris
dari Semarang.
1. Habieb Rizieq
Adalah ulama berpengaruh dan pemipin FPI yang paling kharismatik.
Keberanian dan daya juangnya menegakkan syariah Islam patut kita
apresiasi. Banyak memang yang akan keberatan dengan pendapat
saya. Tetapi beliau adalah pahlawan dan teladan bagi generasi muda
militan Islam pasca reformasi. Kemampuan yang paling hebat, terlihat
pada persuasi dan emosinya akan pelanggaran nilai moral. Logika yang
dikembangkan dan solusi cepat yang ditawarkan akan masalah benar-benar
luarbiasa. Belum ada pemimpin agama lain yang bisa menandingi
karakteristik Habieb Rizieq. Bahkan majalah sekelas TEMPO pun sangat
berhati-hati dalam ’menyerang’ beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar